Sabtu, 10 Desember 2016

Sastra Indonesia di Mancanegara



Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin jauh dari semangat jajah-menjajah maka tampaklah pertumbuhan pusat-pusat pengkajian kebudayaan Indonesia di manca negara.Kegiatan mereka dapat dpandang sebagai pendorong dan pemacu perkembangan srudi sastra di Indonesia.Artinya, kalau di luar negeri pun berkembang studi sastra Indonesia, seharusnya perkembangan di dalam negeri semakin mapan.

1.      Republik Rakyat Cina
Pada umumnya pengakajian sastra Indonesia itu melekat pada pusat pengkajian kebidayaan yang dengna sendirinya mengembangkan pengkajian kebudayaan yang dengan sendirinya mengembangkan pengkajian bahasa Indonesia.Di Tiongkok atau Cina, misalnya, tradisi pengakajian kebudayaan Indonesia sudah tumbuh pada zaman Dinasti Tang ke-7. Pada zaman itu nama pendeta I-Tsing (Yi Jing) sudah terkenal sebagai ahli bahasa Sanskerta yang prnah 12 tahun menetap di pusat Kerajaan Sriwijaya. Pakar lainnya tercatat Zhen Gu, Huai Ye, Dao Hung, dan Fa Lang.
2.      Jepang
Sementara itu, perkembangan pengkajian sastra Indonesia di Jepang dekade 1980-an menujukkan semakin banyak pelanjaran atau mata kuliah bahasa, sastra, da kebudayaan Indonesia yang diberikan kepada para mahasiswa. Banyak juga kursus bahasa Indonesia itu sekurang-kurangnya berada di lima perguruan tinggi, yaitu Osaka Gaikokugo Daigaku ( Osaka Gaikokugo Daigaku), Tokyo Gaikokugo Daigaku ( Tokyo Gaikokugo Daigaku), Tenri Daigaku ( Tenri University ), Kyoto Sangyo Daigaku ( Kyoto Sangyo University ), dan Setsunan Daigaku ( Setsunan University ).
3.      Korea
Pengajaran bahasa Indonesia di Korea terdapat di Universitas Bahasa Asing Hankuk di Seoul yang brdiri pada 20 April 1954. Disatu perkembangan studi 24 bahasa asing, yaitu Malay-Indonesia, Vietnam, Thai, India, Jepang, Cina, Arab, Iran, Turki, Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Rusia, Portugis, Spanyol, Italia, dan lain-lain. Tujuannya mengenali politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan melalui kajian bahasa sehingga dapat menjalin persahabatan antar bangsa.
4.      Selandia Baru
Di Selandia Baru, pengkajian sastra Indonesia berbeda di Departemen Bahasa dan Sastra Asia Universitas Auckland yang didirikan pada tahun 1966. Pada mulanya mengajarkan bahasa dan sastra Cina, kemudian pada tahun 1968 bertambah dengan bahasa dan sastra Indonesia dan Jepang. Perhatian masyarakat Selandia Baru terhadap bahasa Indonesia biasanya terkait dengan kepentingan pekerjaan atau proyek yang kebanyakan di bidang industri dan teknologi, dengan tujuan membekali kemampuan dasar berbahasa Indonesia untuk kepentingan komunikasi sehari-hari apabila para tenaga ahli Selandia Baru bertugas di Indonesia.
5.      Jerman
Pengetahuan masyarakat Jerman, khsusnya di Jerman terhadap bangsa-bangsa Asia, termasuk Indonesia, sangat terbatas karena merasa tidak ada kepentingan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia I. Namun, perkembangan di kalangan masyarakat akademis terbilang cepat setelah 1950-an. Hal itu terjadi antara lain karena keretakan hubugan politik Indonesia-Belanda sehingga banyak mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda dipindahkan ke Jerman Barat. Akan tetapi, sejarahnya telah dimulai pada 20 Oktober 1908 berupa pembentukan Kolonialistitut (Lembaga Kolonial) oleh Senat Kota Dagang Hamburg yang memang berkepentigan dengan perdagangan kolonial. Setelah Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1919, di atas puing Lembaga Kolonial tersebut didirikan Universitas Hamburg, dan salah satu lembaganya bernama Seminar fur Afikanische und Sundseesprachen (Lembaga Bahasa-Bahasa Afrika dan Pasifik) yang dititipi jurusan bahasa-bahasa Pasifik dari masa Lembaga Koloial. Di jurusan tersebut telah diajarkan bahasa Melayu sejak tahun 1920 dan bahasa Jawa sejak tahun 1921.

6.      Inggris
Sejarah penelitian bahasa-bahasa Austronesia dan sastra-sastra Nusantara di Inggris terbilang tua, yaitu sejak zaman kolonial, dan memperoleh zaman gemilang pada awal abad ke-20 dengan tokoh, seperti Blagde, Skeat, Maxwell, Winstedt, Wilkonson, dan Brown, walaupun pada waktu itu belum berdiri program studi bahasa dan kebudayaan Nusantara di Uniersitas mana pun di Ingris, termasuk Universitas Oxford yang terkenal. Baru pada tahun 1916 didirikan School of Oriental and African Studies (SOAS) di Universitas London.


DAFTAR PUSTAKA
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. PT. Grasindo: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar