Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media
komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini
diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas
tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi
mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat
dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti .
Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes
terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi .
Video recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat
kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi
dalam media komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah
jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk
menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan .
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam
media komunikasi itu bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang
peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu
yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua
aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar
biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan
yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan
di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu
gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan
bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran
akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan.
Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang
diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi
melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan
sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa
jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan
gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai
“aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai
ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun
pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis
oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran
berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini
bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan
oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang
besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat
teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media
komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru,
buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai
pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan
untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang
sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan
tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar.
Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan.
Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat
audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh
perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit
dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat
audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan
kesulitan-kesulitan yang dalam menjalankan resource-based learning “atau
belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti
buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber
lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri
belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS )
memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran
termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan
kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini
tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa
dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan
tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian
kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan
lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan,
perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik
melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer
dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajardihadapi
Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang
dapat mempermudah dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran.
Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang
merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak
fasilitas untuk membuat suatu presentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gntrdwprst. [2013]. Perbedaan Media dan Alat Peraga.
[Online]. Tersedia: https://gntrdwp.wordpress.com/2013/02/18/perbedaan-media-dengan-alat-peraga/. [9
Desember 2016].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar