Sabtu, 10 Desember 2016

Puisi Indonesia dalam Masa Duapuluhan



Seorang nama baru dalam dunia penelaahan kesusastraan Indonesia, telah memperkenalkan diri dengan sebuah buku hasil penelaahannya mengenai puisi Indonesia tahun duapuluhan. Disebut nama baru karena kita sebleumya belum pernah membaca tulisannya baik berupa karangan terlepas dalam majalah-majalah sastra dan budaya Indonesia, apalagi berupa buku.
Namun baru yang dimaksud adalah Fachruddin Ambo Enre dan bukunya berjudul Perkembangan Puisi Indonesia dalam masa duapuluhan yang merupakan salah satu seri Esei dan Kritiksastra Gunung Agung, Djakarta, 1963.Tahun duapuluhan merupakan masa permulaan kesusastraan Indonesia. Untuk itu ia mempergunakananalisa sosiologis dari Boejoeng Saleh Poeradisastra dalam pidato simposion sastra yang pertama yang diselengarakan oleh Fakultas Sastra U.I. di Jakarta ( tahun 1953 ), yaitumenempatkan perkembangan bahasa dan sastra erat terjalin dengan masyarakat dan budaya yang mendasarinya secara keseluruhan.
Tetapi perubahan-perubahan kemasyarakatn yang pada gilirannya menunjukan perubahan – perubahan semangat bahasa dan sastra, tidaklah dijadikan data yang mutlak oleh Fahrudin dalam menentukan bermulanya sastra Indonesia.Maka datanya dipilihnya adalah data perpindahannya pusat bahasa dan sastra melayu dari Djohor ke Djakarta.
Fachrudin mengumukakan peranan majalah Jong Sumatra yang pada tahun 1920 memuat sajak-sajak jamin “ yang dengan girang meihat masa depan bahasa ini yang gemilang” , yaitu kebanyakan berupa sonata. Saya kira patut juga daia perhatiakan peranan pers dan penerbit-penerbit partikelir lainnya secara lebih erius, karena kalu taka da artinya, niscaya pemerintah jajahan Belanda pun tidak akan merasa harus mendirikan suatu komisi bacaan rakyat buat mempertahankan wibawa dan wewenangnya! Mengenai masalah ini memang sampai sekarang kurang sekali mendapat perhatian para pemelaah sastra kita.
Pemuda-pemuda terpelajar di sekitar tahun 1919, sering ditandai orang dengan sifatnya yang ke belanda-belandaan.Dari sudut inilah kita dapat memahami mengapa pada tahun 1908 Boedi Oetomo menutut pemberian pelajaran bahasa Belanda yang seluas- luasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Yudiono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. PT. Grasindo: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar