Menurut
Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang
fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
Menurut Paling (1982: 1), matematika merupakan suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan
informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam
diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Pengajaran
matematika adalah proses membantu siswa mempelajari matematika dengan
menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya sesuai kondisi yang tepat
pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil tersebut merupakan tujuan
yang telah dirumuskan yang merupakan akibat dari interaksi antara guru yang
mengajar dan murid yang belajar matematika (Sudjana. 1998: 48).
Matematika
merupakan bidang studi yang dipeljari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan
bahkan juga di perguruan tinggi.Ada banyak alasan tentang perlunya siswa
belajar matematika. Cornelius (1982: 38) mengemukakan lima alasan perlunya
belajar matematika, karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas
dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan
(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Bidang
studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmetika,
aljabar, dan geometri. Menurut Dali S. Naga (1980:1), aritmetika atau berhitung
adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan
bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmetika
atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.
Dalam
proses belajar mengajar di sekolah baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun
Perguruan Tinggi sering kali dijumpai siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar. Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat
berlangsung secara wajar.kadang dapat dengan cepat menangkap apa yang
dipelajari, namun kadang juga terasa sangat sulit. Karena setiap individu tidak
ada yang sama. perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah
laku belajar dikalangan anak didik. Kesulitan belajar di kalangan anak didik
tidak hanya disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental),
akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-inteligensi. Dengan demikian
IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
Warkitri
dkk (1990:88) mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak
pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan prestasi
yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi
dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil belajar. M. Alisuf Sabri (1995:88) mengemukakan bahwa kesulitan
belajar adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di
sekolah, kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu
mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar.
Jakarta:PT. Rineka Cipta.
Haryanto.
2012. Pengertian pendidikan Menurut Para
Ahli, (online),
(http://belajarpsikologi.com /, diakses 25Desember 2015 pukul 11:10).
Tirtarahardja,
Umar. 2003. Pengantar pendidikan.PT.
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar