Sabtu, 10 Desember 2016

Filsafat Positivisme


Filsafat sangat anyak aliran dan jenisnya, salah satunya adalah filsafat positivism ini. Positivisme diartikan sebagai suatu pandangan yang sejalan dengan empirisme, menempatkan penghayatan yang penting serta mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan yang nyata, karena harus didasarkan kepada hal-hal yang positivisme. Hal ini berbeda dengan empirisme yang bersifat lebih lunak karena empirisme juga mau menerima pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau pengalaman-pengalaman yang bersifat subjektif  juga. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisme, yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting Positivisme.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik).
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi yang dapat menjadi pengetahuan.
Positivisme yang merupakan satu aliran filsafat modern. Secara umum boleh dikatakan bahwa akar sejarah pemikiran positivisme dapat dikembalikan kepada masa Hume (1711-1776) dan Kant (1724-1804). Hume berpendapat bahwa permasalahan-permasalahan ilmiah haruslah diuji melalui percobaan (aliran Empirisme). Sementara Kant adalah orang yang melaksanakan  pendapat Hume ini dengan menyusun Critique of pure reason (Kritik terhadap pikiran murni / aliran Kritisisme). Selain itu Kant juga membuat batasan-batasan wilayah pengetahuan manusia dan aturan-aturan untuk menghukumi  pengetahuan tersebut dengan menjadikan pengalaman sebagai porosnya. Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan Inggris yang bernama Francis Bacon yang hidup di sekitar abad ke-17 .
Ia  berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum alam. Pada paruh kedua abad XIX munculah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf sosial  berkebangsaan Perancis, yang menggunakan istilah ini kemudian mematoknya secara mutlak sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat dalam karya utamanya yang berjudul Course de Philosophie Phositive, Kursus tentang Filsafat Positif (1830-1842), yang diterbitkan dalam enam jilid.
Setidaknya seperti itulah gambaran umum mengenai filsafat positivisme dan sejarah singkatnya sehingga dapat terlahir filsafat positivisme.

Tahap-tahap perkembangan positivisme
Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1.      Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2.      Munculnya tahap kedua dalam positivisme (empirio-positivisme) berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subjektivisme.
3.      Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Ide-ide pokok positivisme
Ide-ide pokok positivisme, antara lain :
1.    Ilmu pengetahuan merupakan jenis pengetahuan yang paling tinggi tingkatannya, dan karenanya kajian filsafat harus juga bersifat ilmiah .
2.    Hanya ada satu jenis metode ilmiah yang berlaku secara umum, untuk segala bidang atau disiplin ilmu, yakni metode penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam ilmu alam.
3.    Pandangan-pandangan metafisik tidak dapat diterima sebagai ilmu, tetapi "sekadar" merupakan pseudoscientific.

Selain itu filsafat positivisme juga memiliki cirri khas dan karakter tersendiri yang membedakannya dengan filsafat yang lain. Diantara ciri-ciri positivisme antara lain yaitu :
a.         Objektif/bebas nilai: dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai.
b.        Fenomenalisme, dibuktikan bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi.
c.         Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
d.        Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
e.         Naturalisme, dibuktikan tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural (adikodrati).
f.         Mekanisme: dibuktikan bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis).



DAFTAR PUSTAKA
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online]. Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-filsafatpositivisme.html.  [11 Desember 2016].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar