Minggu, 06 November 2016

BEDAKAN ANTARA PLURALISME DAN PLURALITAS



Pluralisme dan Pluralitas adalah dua hal yang jauh berbeda. Jika keliru atau bahkan menyamakan arti keduanya dapat membahayakan akidah seseorang. Keduanya berasal dari kata plural yang artinya jamak atau lebih dari satu. Dan bahkan memang terlihat sama, yang membedakan hanya akhiran -isme dan –itas, namun ternyata makna dari kedua kata tersebut sangatlah berbeda.
Pluralisme adalah faham yang mengemukakan bahwa semua agama adalah sama. Hal ini tentu saja tidaklah benar, bahkan sampai ada opini bahwa pluralisme haram hukumnya. Setiap agama memiliki kepercayaannya masing-masing, tidak mungkin semuanya sama. Jika disebut sama, maka dapat membuat rusak akidah seseorang. orang yang meyakini faham ini akan menganggap bahwa semua agama adalah sama. Ini jelas menyalahi akidah agama. Jika dikatakan semua agama sama, apakah umat Islam percaya bahwa tuhan lebih dari satu? Tentu saja tidak. Begitupun yang lainnya, apakah umat Hindu percaya bahwa tuhan hanya satu? Tidak juga bukan, maka dari itu pemahaman akan pluralism ini haruslah dicermati dengan sebaik-baiknya agar tidak terjerumus dalam kesesatan.
Sedangkan pluralitas adalah faham yang diciptakan agar setiap orang dapat hidup berdampingan dengan yang lainnya walaupun tidak satu keyakinan. Pada dasarnya berintikan nilai toleransi dalam beragama.  Tentu kita bisa menilai apakah toleransi itu benar atau salah. Toleransi sangat dibutuhkan dalam suatu masyarakat agar tidak terjadi perpecahan dan perselisihan di dalam kehidupan bermasyarakat. Toleransi dalam beragama tidak harus dalam bentu saling mengikuti ritual keagamaan dan sebagainya, tetapi cukup dengan tidak saling mengganggu dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
            Setelah dijelaskan mengenai pluralisme dan pluralitas di atas tentu kita dapat melihat perbedaannya dan dapat menilai mana yang baik dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Hidup berdampingan dnegan damai bukan berarti harus mengakui kebenaran agama lain dan menjalankan ritual keagamaannya bukan ? maka dari itu mulailah mecermati apa kita telah melakukan kesalahan dalam praktik penerapannya dan bagaimana seharusnya kita bersikap. Manusia yang cerdas adalah manusia yang berfikir, maka dari itu hendaklah kita berfikir sebelum melakukan sesuatu agar tidak menyesal dan tersesat akhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar