Pluralisme
dan Pluralitas adalah dua hal yang jauh berbeda. Jika keliru atau bahkan
menyamakan arti keduanya dapat membahayakan akidah seseorang. Keduanya berasal
dari kata plural yang artinya jamak atau lebih dari satu. Dan bahkan memang
terlihat sama, yang membedakan hanya akhiran -isme dan –itas, namun ternyata
makna dari kedua kata tersebut sangatlah berbeda.
Pluralisme
adalah faham yang mengemukakan bahwa semua agama adalah sama. Hal ini tentu
saja tidaklah benar, bahkan sampai ada opini bahwa pluralisme haram hukumnya.
Setiap agama memiliki kepercayaannya masing-masing, tidak mungkin semuanya
sama. Jika disebut sama, maka dapat membuat rusak akidah seseorang. orang yang
meyakini faham ini akan menganggap bahwa semua agama adalah sama. Ini jelas
menyalahi akidah agama. Jika dikatakan semua agama sama, apakah umat Islam
percaya bahwa tuhan lebih dari satu? Tentu saja tidak. Begitupun yang lainnya,
apakah umat Hindu percaya bahwa tuhan hanya satu? Tidak juga bukan, maka dari
itu pemahaman akan pluralism ini haruslah dicermati dengan sebaik-baiknya agar
tidak terjerumus dalam kesesatan.
Sedangkan
pluralitas adalah faham yang diciptakan agar setiap orang dapat hidup
berdampingan dengan yang lainnya walaupun tidak satu keyakinan. Pada dasarnya
berintikan nilai toleransi dalam beragama.
Tentu kita bisa menilai apakah toleransi itu benar atau salah. Toleransi
sangat dibutuhkan dalam suatu masyarakat agar tidak terjadi perpecahan dan
perselisihan di dalam kehidupan bermasyarakat. Toleransi dalam beragama tidak
harus dalam bentu saling mengikuti ritual keagamaan dan sebagainya, tetapi
cukup dengan tidak saling mengganggu dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan.
Setelah dijelaskan mengenai pluralisme dan pluralitas di
atas tentu kita dapat melihat perbedaannya dan dapat menilai mana yang baik dan
mana yang seharusnya tidak dilakukan. Hidup berdampingan dnegan damai bukan
berarti harus mengakui kebenaran agama lain dan menjalankan ritual keagamaannya
bukan ? maka dari itu mulailah mecermati apa kita telah melakukan kesalahan
dalam praktik penerapannya dan bagaimana seharusnya kita bersikap. Manusia yang
cerdas adalah manusia yang berfikir, maka dari itu hendaklah kita berfikir
sebelum melakukan sesuatu agar tidak menyesal dan tersesat akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar